Buku " Cermin Bayang-Bayang" karya Nunung Noor El Niel
Bincang Buku "Cermin Bayang-Bayang" karya Nunung Noor El Niel
Menghadiri Bincang Buku "CERMIN BAYANG-BAYANG" karya Nunung Noor El Niel di Balai Pustaka, Jakarta.
Hari ini saya mengisi hari Minggu siang saya dengan menghadiri peluncuran buku sahabat Nunung Noor El Niel yang berjudul "Cermin Bayang-Bayang,". Buku ini adalah terbitan TARESIA bekerjasana dengan JSM Press - Komunitas Jagat Sastra Milenia, dengan prolog dari Riri Satria dan Epilog Warih Wisatsana .
Sebuah buku yang memuat 90 sajak-sajak karya Nunung. Saya membolak-baliknya untuk membaca sebagian dari sajak-sajak yang penuh makna itu. Saya membutuhkan waktu untuk mengisi ruang-ruang imajinasi yang tersisa ketika membaca setiap sajak demi sajak yang ditulisnya.
Acara dihiasi dengan pantun dan berbagai pembacaan puisi serta musikalisasi puisi. Saya menyaksikan penampilan Mas Ical Vrigar , Diana Prima Resmana Sapto Wardoyo dsb.
Acara bincang buku dimoderatori oleh Mbak Rini Intama dengan 2 orang pembicara yakni Rissa Churria dengan makalah yang berjudul ," Menyibak Proses Kreatif & Keperempuanan" dan Sofyan RH. Zaid dengan judul " Antara Banal dan Binal Dalam Cermin Bayang-Bayang Nunung Noor El Niel.
Rissa churia sendiri lebih banyak membahas tentang proses kreatif dari seorang Nunung dalam melahirkan karya terbarunya ini. Ternyata prosesnya memakan waktu yg cukup lama lho dari puisi pertama diciptakan dan disimpan di "rumah" chat whatssap, hingga terbit.
Sementara Sofyan menilai jika puisi-puisi Nunung ini tergolong ke dalam kelompok puisi yang puitis dari aslinya alias puitis alami, bukan rekayasa. Selanjutnya Sofyan juga membagi puisi-puisi Nunung menjadi 2 kelompok yakni Banal & Binal. Nah apa lagi itu ?
Banal adalah peristiwa-peristiwa biasa yang dituliskan menjadi puitis secara alami. Sedangkan Banal adalah peristiwa-peristiwa yang bercorak pemberontakan seorang petempuan yang dituliskan menjadi puitis.
Diakhiri dengan masukan, bahwa terkadang Nunung juga tergelincir pada larik-larik sloganistik.
Acara bincang buku ini mendapatkan cukup banyak tanggapan dari audience, termasuk dari Fanny J. Poyk , Nuyang Jaimee , dll. Secara umum saya menangkap audience adalah seorang penyair yang jujur dengan karya-karyanya, dan karya-karyanya juga dianggap telah melalui proses evolusi jika dibandingkan dengan karya-karyanya di buku-bukunya yang terdahulu. Btw, Cermin Bayang-Bayang ini adalah bukunya yang ke tujuh.
Menanggapi hal itu Nunung mengiyakan. Menurutnya di fase awal, ia banyak belajar dari Adek Alwi , dan dari buku ke dua hingga ke lima banyak mendapat bisikan dan belajar dari para kritikus sastra dan mendapat saran untuk mencari jati diri. Akhirnya ia menemukan dan membuat tubuhnya sebagai metafor dalam puisi-puisinya. Ia mengalami banyak kritikan, kemarahan dan tantangan karena terlalu vulgar. Tetapi banyak yang mendukung karena itu jujur.
"Ungkaplah yang dianggap tabu, agar menjadi tidak tabu" serunya.
Ia sempat jeda menulis puisi. Di umurnya yang menginjak 60 tahun, ia mulai berpikir, mulai sedikit lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Di buku berikutnya, "Cermin Bayang-Bayang" ia mengaku masih sedikit nakal, tetapi tetap ingat Tuhan.
Demikuanlah Nunung Noor El Niel dengan bukunya Cermin Bayang-Bayang.
Semiloga sukses dan lancar.
No comments:
Post a Comment